Terimakasih atas kunjungan Anda, salam santun erat ukhuwah fillah. ^_^

Senin, 03 September 2012

(¯`*•.¸☆ Surat Hawa Untuk Adam ☆¸.•*´¯)



Bissmillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

  Kehadapan Adamku...
Maafkan aku jika coretan ini memanaskan hatimu. Sesungguhnya aku adalah hawa, temanmu yang kau pinta semasa kesunyian di syurga dulu. Perjalanankan hidupku senantiasa inginkan bimbingan darimu, senantiasa akan tergelincir dari landasan, karena aku buruan syaitan.

  Adam...
Maha Suci Allah yang mentakdirkan kaumku lebih ramai bilanganya dari kaummu dikala akhir zaman ini. Itulah sebenarnya ketelitian Allah dalam urusanya, karena seandainya Allah mentakdirkan bilangan kaummu mengatasi kaumku niscaya merahlah dunia ini dengan darah manusia. Kacau balaulah segala suasana, adam sesama adam bermusuhan hanya karena hawa. Buktinya cukup nyata dari peristiwa Habil dan Qabil. Sehinggalah pada zaman cucu dan cicitnya juga. Jika begitu maka tidak selaraslah undang-undang Allah yang mengharuskan adam beristri lebih dari satu tetapi tidak melihi empat orang dalam satu masa.

Adam,
Bukan karena banyak istrimu membimbangkan daku. Bukan karena sedikitnya bilanganmu memusingkanku. Tetapi aku risau, gundah dan gulana menyaksikan tingkahmu. Sejak dahulu telah kuketahui bahwa seharusnya aku tunduk tatkala aku telah menjadi istrimu. Patutlah terlalu berat lidahku berbicara untuk menyatakan hati ini. Namun sebagai hamba Allah, aku sayang padamu. Adam, sebagaimana di dalam Al-Quran telah menyatakan yang engkau diberi kuasa terhadap wanita. Kau diberi amanah mendidikku. Kau diberi tanggung jawab untuk menjagaku, memperhatikan dan mengawasiku agar redha Allah senantiasa menaungi.

Tetapi Duhai Adam,
Lihatlah dunia kini. Apa yang telah terjadi terhadap kaumku? Kini, aku dan kaumku telah ramai yang mendurhakaimu. Banyak yang menyimpang dari jalan yang telah ditetapkan. Asalnya Allah menghendaki aku tetap dirumah. Dijalan-jalan, dipasar, di bandar-bandar bukanlah tempatku. Jika, terpakasa aku keluar dari rumah seluruh tubuhku ditutup dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Tapi realitanya aku telah lebih dari yang sepatutnya.

Adam,
Mengapa kau biarkan daku begini? Selayaknya aku Ibu dan guru kepada anak-anakmu. Tetapi kini, aku jadi ibu, guru dan aku jugalah yang memikul senjata. Padahal engkau duduk saja. Ada diantara kau yang menganggur tidak bekerja. Kau perhatikan saja aku naik tangga bambu. Apakah kau sekarang tidak seperti dahulu? Apakah sudah hilang kasih sucimu kepadaku?

Adam,
Marahkah kau jika kukatakan terpesoknya hawa sekarang engkaulah yang harus dipersalahkan! Kenapa kau? Bukan orang sering bicara, jika anak jahat maka ibu bapak yang tidak pandai mendidik. Jika murid bodoh, guru tidak pandai mengajar. Jadi secara formulanya, aku binasa, kaulah penyebabnya! Adam, kau selalu mengatakan, hawa memang degil! Tidak mau dengar kata! Tidak mau dengar nasihat! Kepala batu! Tetapi duhai adam, seharusnya kau bertanya kepada dirimu, siapakah teladanmu? Siapakah rujukanmu? Dalam mendidik aku yang lemah ini. Adakah teladanmu Muhammdad S.A.W? Adakah rujukanmu Muhammad S.A.W? Adakah akhlak-akhlakmu boleh dijadikan contoh buat kami kaum hawa?

Adam,
Sebenarnya kau imam dan aku adalah makmumu. Jika kau benar maka benarlah aku. Jika kau lalai, lalailah aku. Lupakah kau duhai Adam? Kau punya satu kelebihan anugrah dari Tuhan. Akalmu sembilan, nafsumu satu. Dan aku, akalku satu, nafsuku beribu! Dari itu adam, gunakanlah ketinggian akalmu untuk membimbingku. Pimpinlah tangaku karena aku sering lupa dan lalai. Seringkali aku tergelincir. Bimbing dan bantulah aku dalam menyelami kalimah Allah. Pendengarkanlah aku kalimah syahdu dari Tuhanmu agar duniaku senatiasa di jalan Rahmah. Tiupkanlah roh jihad kedalam dadaku, agar aku mampu tetap menjadi mujahidah kekasih Allah.

Adam,
Andainya kau masih lalai karenamu sendiri. Masih segan mengikut langkah para sahabat baginda. Masih gentar mencegah mungkar. Maka kita tunggu dunia ini akan hancur bila aku yang memerintah. Malulah engkau adam. Malulah engkau pada dirimu sendiri.

Adam,
Mungkin aku harus menghenctikan bicara pertama ini di sini dulu..
Andai dizinkan Allah SWT, kita bersua lagi dilain lembaran dan yang pasti aku harus tetap mengharapkanmu. Harapanku agar muncullah walaupun hanya secebis kesadaran dihatimu dan akan mendoakan moga Allah SWT membuka hati kalian untuk mencetuskan perubahan... Aamiin

            Wassalamu'alaikum

Yang Lemah
~Hawa~
♡ ツ Berbagi Itu Indah ♡ ツ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar